Cerpen: RENCANA TUHAN

RENCANA TUHAN

Karya Sulistina

Pada suatu pagi gemericik hujan terus mengguyur kampung galunggug, yuneng tetap bersikeras membawa dagagan nya ke pasar, karena dia harus mendapatkan uang pagi ini untuk biaya pengobatan ibunya yang sudah lama sakit jantung, setiap minggu ibu ninah harus cuci darah dan hari ini adalah jadwalnya ibu ninah untuk cuci darah , sementara yuneng belum memiliki uang sepeser pun.

“ yuneng kau mau kemna hujan-hujan begini ? “ tanya mbok amin, tetangga nya yuneng

“ aku mau ke pasar mbok, mau jualan kue” jawab yuneng seraya tersenyum

“ tapi ini kan hujan lebat, tidak bisakah kau jualan nya besok saja, bagaimana kalau kau sakit” saran mbok amin

“ Tidak papa mbok, hari ini ibu harus ke rumah sakit, yuneng tidak mau meminjam uang lagi ke orang lain untuk biaya pengbatan ibu”

“ yasudah kalo begitu hati-hati, awas kau juga ikut sakit, kalo kau sakit bagaimana dengan ibumu” ucap mbok amin

“ baik mbok terima kasih, kalo begitu yuneng nitip ibu yaa, kalo ada apa-apa tolong kasih tau yuneng”

“ iya kau tenang saja, ibumu akan mbok liat nanti” jawab mbok amin. Sebenarnya mbok amin merasa kasihan pada yuneng, diumur nya yang tergolong masih sangat muda yang seharusnya menikmati masa-masa sekolah dengan teman-temannya dia terpaksa harus putus sekoalah dan berjualan di pasar demi pengobatan ibunya.

Sementara itu di pasar yuneng tengan asik melayani para pembeli. Karena memenag kue buatan yuneng itu sangat di sukai oleh banyak orang, menurut mereka kue buatan yuneng itu memiliki rasa yang khas dibanding dengan pedagang lainnya. Tiba-tiba tono cucunya mbok amin menghampiri yunneg dengan nafas yang tersenggal-senggal

“ yuneng .....yuneng, kau harus pulang sekarang juga” ucap tono panik

“ ada apa tono, kenapa kamu panik sekali, sini duduk minum dulu barau bicara” jawab yuneng sambil membawakan segelas air putih untuk tono. Tono pun mengambil air itu dan meminumnya sekali teguk, karena memang dari ruamh dia tidak mengguankan kendaraaan untuk menuju ke pasar .

“ terjadi sesuatu pada ibu mu, sekarang sedang dirumah sakit sama si mbok” ucap tono

“ hah!!! Apa yang terjadi dengan ibuku tono, bukankah tadi pagi ibu baik-baik saja’’ ucap yuneng panik

‘’aku juga tidak tau apa yang terjadi, yang jelas sekarang kau harus segera ke rumah sakit”.

Mereka pun berangkat dengan menggunakan becak ke rumah sakit, di perjalanan yuneng terus bedoa agar ibunya baik-baik saja, dia tidak mau kehilangan orang-orang yang dia sayangi lagi, ayah yuneng sudah meniggal sejak 5 tahun lalu karena struk dan setelah kejadian itu ibu yueng pun ikut jatuh sakit.

Sesampainya di rumah sakit yuneng langsung di peluk oleh mbok amin, semua orang yang ada di rumah sakit menatap yuneng dengan tatapan yang sedih, bagaimna tidak semua orang di kampungnya tau kalo yuneng tidakk memiliki siapa-siapa lagi selain ibunya.

“ mbok..... bagaimna keadaan ibu, ibu baik-baik saja kan mbok” ucap yuneng di sela-sela tangisnya. Sedangkan mbok amin diam tidak tau apa yang harus dia sampaikan kepada yuneng, dia tidak tega melihat yuneng yang menangis tersedu-sedu.

“ yang sabar ya nak, Allah lebih sayang sama ibu kamu, kamu harus ikhlas” ucap mbok amin seraya menangus dan menarik yuneng ke pelukannya

“ ga mungkin mbok!! Ibu pasti baik-baik aja kan mbok, ibu ga bakalan ninggalin yuneng kan mbok” ucap yuneng histeris. Yuneng sudah tidak tau lagi harus bagaimna dia sudah tidak memiliki siap-siapa lagi, dia sudah putus asa, mengapa semua orang yang selalu dekat dengannya pergi meninggalkannya satu persatu.

Sore itu setelah beberapa hari kepergian ibunya yuneng pergi ke dermaga dekat desanya dia ingin mendapatkan ketenangan, seraya berfikir dia harus kemana setelah ini, apakah dia harus bekerja atau melanjutkan sekoalah nya yang sempat terputus, tapi dia sadar dia tidak memiliki uang sepeserpun, untuk biaya pemakaman pun dia menggandalkan mbok amin, dia merasa ga enak hati kalo harus tinggal di ruamah mbok amin juga. Di sela-sela lamunannya tiba-tiba seseorang menghampirinya

“ permisi nak, kamu kenapa menyendidri di sini, ini sudah sore loh, kamu nuggu siapa ? “ tanya wanita itu. Yuneng berbalik dan menatap wanita cantik itu bersama dengan lelaki di sebelahnya yang sepertinya suami wanita itu, karena mereka terlihat serasi.

“ eh, enggak bu saya tidak menunggu siapa-siapa, saya hanya bingung harus pergi kemana” jawab yuneng lesu

“ memangnya orang tua kamu ke mana ? “ tanya lelaki di sebelah wanita itu

“ ibu saya meninggal beberapa hari lalu, ayah saya juga sudah meninggal beberapa tahun silam, sekaang saya sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi di desa ini” jawab yuneng seraya menangis. Lalu wanita itu duduk di samping yuneng dan memeluknya seraya berkata

“ bagaimana kalau kau ikut bersama kami, kebetulan saya sudah 10 tahun berumah tangga tapi belum memiliki keturunan” ucap wanita itu seraya tersenyum dan mengusap air mata yuneng. Sedangkan yuneng terpaku atas ucapan wanita itu, dia takut akan di bohogi oleh mereka. Tapi pada akhirnya yuneng setuju karena melihat ketulusan mereka terhadap nya. Dan di keluarga itulah yuneng hidup bahagia, dia dapat meneruskan sekolahnya hingga selesai sarjana.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hindia-Belanda abad 18: karma dan cinta, dari sebuah novel Tanah Bangsawan.

Webtoon "Wee!!": Kisah Seru Karya Kreator Indonesia yang Menghibur dan Menginspirasi!

Webtoon 'Dedes': Petualangan Magis Gadis Bernama Dedes yang Menggemparkan Dunia Komik Digital