Cerpen: Nasib
Nasib
Karya Dini Gustiani AR
Nasib memang tidak ada yang tahu, dia bahkan tidak mengira bahwa akan seperti ini. Awalnya ayahnya bangkrut karena perusahaannya kekurangan minat dari pembeli akibat Covid 19, ekonomi keluarganya setiap hari mulai menurun, yang awalnya Kiki memiliki mobil, rumah yang nyaman, makan yang selalu enak. Kini itu semua lenyap, mobil sudah Kiki dan keluarganya jual, rumah pun mereka jual hingga akhirnya mereka tinggal di kontrakan, makan pun seadanya saja.
Hingga akhirnya Kiki harus jualan untuk membantu ibunya dan teman temannya bukannya mendukung malah sebaliknya. Kiki di jauhi, di ejek, di cemooh, bahkan dagangan yang Kiki bawa di lempar habis habisan. Kiki bilang pada guru pun tak ada yang mendengarkan “uang memang segalanya, andai saja aku punya uang yang banyak pasti nasib ku tidak akan seperti ini” gumam Kiki ketika pulang sekolah dan merasa cape dengan kehidupannya.
Hari ini adalah hari yang sangat buruk bagi Kiki. Dia merasa tertekan dan takut setiap kali harus berangkat ke sekolah. Sebab, di sekolah itu dia selalu dijadikan sasaran oleh teman sekelasnya yang selalu mengganggunya. Setiap harinya Kiki tidak bisa merasakan ketenangan dalam belajar, selalu saja di ganggu.
Kiki tidak tahu harus bagaimana lagi. Dia sudah mencoba menghindar dari tempat-tempat yang biasanya mereka lewati, tapi ternyata mereka selalu mencari cara untuk mengganggunya. Kiki merasa sendiri dan tidak punya tempat untuk berbagi perasaannya. Dia merasa tidak ada yang peduli padanya.
Suatu hari, Kiki bertemu dengan seorang teman yang baru saja pindah ke sekolah itu. Temannya itu bernama Tari. Tari adalah sosok yang ramah dan mudah bergaul. Dia selalu menyapa Kiki dengan senyuman dan terkadang bertanya tentang kabar Kiki. Kiki merasa senang bisa berteman dengan Tari.
Tari tahu bahwa Kiki sering dijadikan sasaran oleh teman teman nya di sekolah. Dia merasa tidak setuju dengan tindakan mereka, selalu membela Kiki jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan juga selalu membantu Kiki berjualan. Tari juga mengajak Kiki untuk bergabung dalam kelompok belajar bersama. Di sana, Kiki merasa lebih nyaman dan merasa ada tempat untuk berbagi masalahnya.
Lama kelamaan, Kiki merasa tidak takut lagi untuk berangkat ke sekolah. Dia merasa diakui oleh teman-temannya di kelompok belajar dan merasa lebih percaya diri. Kiki juga tidak lagi merasa sendiri. Dia merasa memiliki teman yang peduli padanya dan selalu ada di sisinya dan kini Kiki sudah menerima nasib yang Tuhan berikan padanya.
Komentar
Posting Komentar