Cerpen: QUACKERS
Karya: Tulus Pratama Sastrawijaya
QUACKERS
Ryan Anderson adalah anak terakhir dari tiga bersaudara yang memiliki sifat yang berbeda-beda kaka pertamannya memliki sifat yang rajin, baik, dan rapih sedangkan kaka keduaanya memiliki sifat tempramental, tidak penakut, dan tegas, sangat berbeda jauh dengan sifat Ryan yang aneh, acak-acakan, selalu membuat kekacauan entah itu dirumah ataupun disekolah.
Hari itu adalah hari Senin, hari yang biasanya dihindari oleh semua remaja di kota kecil Greenfield. Tetapi, tidak bagi Ryan Anderson, seorang remaja berusia 16 tahun yang selalu melihat sisi lucu dari segala sesuatu. Hari Senin adalah kesempatan baginya untuk menciptakan kekacauan baru.
Ryan bangun dengan senyuman lebar di wajahnya, mengabaikan fakta bahwa alarmnya berbunyi setengah jam yang lalu. Dengan cepat, dia melompat keluar dari tempat tidurnya, mengenakan kaus oblong dengan gambar kartun lucu dan celana jogging yang warnanya bertabrakan.
"Sialan, aku hampir ketinggalan bus!" Ryan berteriak sambil meluncur ke bawah tangga, mengabaikan rambutnya yang berantakan dan sikap rapih yang biasanya diharapkan oleh orang tua.
Tiba-tiba, dia berhenti di depan pintu saat melihat seekor bebek kecil yang terdampar di terasnya. Dia tertawa dan heran saat melihat bebek itu “mengapa ada bebek tiba-tiba depan pintu rumahku, ah sudahlah saya bawa saja” lalu Ryan mengambil dan mengangkat bebek itu dengan penuh semangat.
"Hari ini aku akan memulai petualangan dengan bebek ini!" gumam Ryan sambil memberi nama bebek tersebut 'Quackers'.” Sepertinya nama Quackers terlihat keren untuk kau seekor bebek” setelah itu dia berlari ke dapur dan membuat sarapan yang cepat, memberikan sisa roti panggang ke Quackers.
"Biar dia juga merasakan Senin yang hebat!" Ryan tertawa sendiri.
Ketika di perjalanan Ryan berfikir hal seru apa yang akan dilakukan dengan Quackers disekolah. Saat Ryan tiba di sekolah dengan Quackers di dalam tasnya, segerombolan teman-temannya sudah menunggu di halaman. Mereka menatapnya dengan heran ketika dia keluar dari bus sambil menggendong tas dengan sangat hati-hati.
"Kau membawa apa di dalam tas itu, Ryan?" tanya Mike, sahabatnya sejak TK.
"Hanya sesuatu yang akan membuat Senin kita lebih menyenangkan!" jawab Ryan sambil membuka resleting tasnya dan mengeluarkan Quackers yang mengintip dari dalam.
Teman-temannya langsung tertawa, dan Quackers terdengar 'kwek-kwek' seolah-olah ikut tertawa juga. Mereka berdua menjalani hari itu bersama-sama, membuat banyak kekacauan di sekolah. Saat pelajaran matematika, Quackers melompat dari tas Ryan dan berjalan di atas meja, mengejutkan semua orang. Guru matematika pun menegur Ryan “Ryan tidak diperbolehkan untuk membawa Binatang ke sekolah” lalu Ryan pun memasukan Quackers ke dalam tas nya lagi.
"Hari ini adalah hari yang luar biasa!" Ryan berbisik pada Quackers.
Namun, kebahagiaan mereka tidak berlangsung lama. Saat istirahat makan siang, ketika Ryan sedang berbicara dengan teman-temannya, Quackers berusaha melompat ke atas meja makan. Sayangnya, dia malah mendarat di atas hidangan pasta salah satu siswa dan membuat kekacauan di kantin.
Semua mata tertuju pada Ryan dan Quackers. Kedua mata mereka membulat, dan mereka berdua berusaha menahan tawa. Saat kepala sekolah datang dan menegur memperingatkan “kamu sekali lagi membawa hewan ke lingkungan sekolah orang tua kamu saya panggil” Ryan hanya tertawa.
Hari Senin tidak berakhir tanpa pertunjukan bakat sekolah yang akan diadakan sore itu. Ryan mendekati teman-temannya dengan ide brilian yang akan membuat pertunjukan itu tak terlupakan.
"Pikirkan sesuatu yang akan membuat semua orang terbahak-bahak, Ryan," kata Mike, berusaha membantu.
Ryan tersenyum dan mengedarkan pandangannya ke sekitar. Matanya berhenti pada Quackers, yang sedang duduk di pundaknya sambil melihat sekeliling dengan rasa ingin tahu.
"Aku punya ide!" Ryan berseru. "Quackers, kita akan membuat pertunjukan bakat yang tak terlupakan!"
Pada saat pertunjukan, panggung dihiasi dengan pita warna-warni dan lampu sorot yang berkilauan. Ryan dan Quackers tampil di depan semua orang dengan aksi lucu mereka. Quackers melompat-lompat dan berputar-putar sambil mengeluarkan suara 'kwek-kwek' yang membuat semua orang tertawa.
Tetapi, kekacauan sejati dimulai ketika Quackers melompat ke arah panggung juri dan mencuri sehelai rambut juri utama. Semua orang tertawa, termasuk juri, meskipun rambut juri itu sekarang berantakan.
Setelah pertunjukan bakat, Ryan dan teman-temannya memutuskan untuk melanjutkan kegilaan mereka dengan merencanakan malam yang tak terlupakan. Mereka pergi ke pusat permainan dengan harapan menemukan permainan yang akan membuat mereka tertawa sepanjang malam.
Ketika mereka tiba di pusat permainan, Ryan melihat mesin foto dan tidak bisa menahan diri untuk tidak mengajak teman-temannya berfoto bersama Quackers. Mereka memakai topi gila dan kacamata aneh, sementara Quackers duduk di tengah-tengah mereka dengan senyumnya yang khas.
Setelah itu, mereka menghabiskan waktu bermain permainan arkade dengan penuh semangat. Ryan menemukan permainan dansa dan memutuskan untuk menantang teman-temannya. Semua orang tertawa melihat Ryan dan Quackers berdansa di atas mat, membuat kekacauan di tengah pusat permainan.
Malam berlanjut dengan berbagai kekocakan dan tawa. Mereka bahkan menghabiskan waktu di taman hiburan untuk menaiki roller coaster di malam hari. Ryan dan Quackers duduk bersama di depan, dan saat roller coaster mencapai puncak, mereka berdua bersorak keras.
Keesokan harinya Ryan pun membawa Quackers Kembali ke sekolah dan berpikir “mengapa hanya senin saja yang aku buat berubah, mengapa tidak semua hari aku buat tidak seperti biasanya” pada hari selasa ini Ryan berangkat lebih awal dari biasanya karena tujuaanya untuk membawa Quackers ke sekolah agar tidak diketahui oleh guru dan kepala sekolah.
Saat sampai sekolah Ryan pun mencari cara agar Quackers aman, dia pergi membawa Quackers ke kantin belakang untuk mencari kardus lumayan besar untuk menyimpan Quackers tersebut setelah dia menyimpan Quackers dia pergi ke ibu kantin langganannya untuk menitipkan Quackers, “ibu saya menitipkan Quackers selama jam Pelajaran samapai istirahat, saat waktu istirahat saya akan ambil Kembali” awalnya ibu kantin menolak karena takut “saya takut ketahuan kepala sekolah dan takut nanti bebek ini keluar tiba-tiba dan membuat kekacauan seperti kemarin” namun Ryan berusaha meyankinkan ibu kantin “tidak akan ketahuan bu saya tanggung jawab jika ketahuan dan Quackers tidak akan keluar” lalu Ryan memberi dua roti panggang kepada ibu kantin dan berkata “ini ibu beri saja Quackers roti panggang ini jika dia bersuara 'kwek-kwek' dia pasti akan diam” lalu ibu kantin itu percaya pada Ryan. Ryan pun berbisik kepada Quackers “untuk saat ini kau sementara diam disini, mari kita buat hari selasa tidak seperti biasanya” lalu Quackers pun bersuara 'kwek-kwek' seperti dia mengerti apa yang disampaikan Ryan.
Tiba saatnya waktu istirahat Ryan pun mempunyai ide baru untuk membuat kekacauan dan hiburan didalam kelasnya dengan memberi tahu dia akan membawa kardus besar yang berisikan makanan untuk dibagikan kepada teman sekelasnya. Teman sekelasnya pun percaya kepada Ryan.
Lalu Ryan membawa Mike untuk mengambil si Quackers di ibu kantin langgananya. Dan memberi tahu kepada Mike tentang ide tersebut lalu Mike sebagai sahabatnya pun setuju dengan Ryan.
Sesaatnya dikantin pun Ryan mengambil kardus besar yang beriskan Quackers, “ibu terimakasih telah membolehkan saya menitip Quackers” lalu ibu pun berkata “sama-sama nak tadi Quackers sempat bersuara namun ibu langsung beri dia roti panggang dan Quackers pun diam” aku sudah membisikan tadi agar Quackers nurut pada ibu jadi pasti aman bu, yasudah saya izin ambil Quackers bu untuk dibawa.
Ryan dan Mike pun membawa kardus itu seolah-olah kardus itu berat berisi makanan yang banyak. Tibanya dikelas Ryan dan Mike pun memberi aba-aba kepada teman kelasnya “siapa yang ingin makanan gratis mendekat” ucap Mike lalu teman kelasnya pun mendekat, Ryan Bersiap untuk membuka kardus yang berisikan Quackers, saat semuanya mendekat Ryan dan Mike pun membuka kardus
“kwek-kwek kwek-kwek” Quackers keluar dan melompat tinggi dari kardus tersebut yang membuat teman-teman kelas terkejut ternyata bukan makanan melainkan bebek. Quackers belari-lari karena banyaknya orang dikelas yang membuatnya takut, Ryan dan Mike berusaha menangkap Quackers yang sedang ketakutan.
Namun ricuhnya didalam kelas membuat kepala sekolah curiga ada kekacauan apalagi yang terjadi. Saat kepala sekolah membuka pintu kelas, Quackers melompat kearah kepala sekolah dan kepala sekolah reflek menangkap Quackers. Ryan dan Mike dipanggil untuk mengahadap kepada kepala sekolah, kepala sekolah pun memberi dua pilihan memanggil orang tua Ryan dan Mike atau menyerahkan Quackers kepada kepala sekolah.
Ryan dengan berat hati memutuskan untuk menyerahkan Quackers kepada kepala sekolah dan berkata “saya serahkan bebek itu kepada, tapi jangan dibunuh pak apalagi sampai digoreng” kepala sekolah tersenyum kecil “tidak akan tenang saja bapak akan masukan bebek ini ke kendang bebek bapak di rumah, yasudah sekarang kalian semua kembali ke kelas” Ryan dan Mike Kembali ke kelas dan meminta maaf kepada temannya.
Keesokan harinya, Ryan bangun dengan senyum di wajahnya. Dia menyadari bahwa hari Senin dan selasa yang aneh dan lucu kemarin adalah pengalaman yang luar biasa. Dia merenung tentang bagaimana keceriaannya dan Quackers telah membuat hari itu berbeda dari hari biasa. Saat dia pergi ke sekolah, dia tidak bisa berhenti tersenyum dan tertawa mengenang semua kekacauan yang mereka ciptakan bersama Quackers.
Komentar
Posting Komentar